Senin, 18 Januari 2010

Istana Presiden Yogyakarta

Istana Presiden Yogyakarta. Foto: Budi.
Istana Presiden Yogyakarta. Foto: Budi.
Istana Kepresidenan Yogyakarta  yang lebih dikenal dengan sebutan Gedung Agung merupakan bagunan bersejarah yang dibangun 1825. Bangunan ini berada di atas tanah seluas 4,2 hektar terletak berhadapan dengan bekas benteng VOC Fort Vredeburg di tepi jalan Jenderal Ahmad Yani.
Memasuki pintu gerbang utama, akan diosambut oleh Patung Raksasa penjaga pintu "Dwarapala" setinggi 2c meter yang berasal dari sebuah biara candi Kalasan. Sebuah monumen batu andesit disebut "Dagoba" terletak di lapangan rumput tepat di depan serambi depan istana, tingginga 3,5 meter berasal dari desa Cupuwatu di daerah Prambanan. Monumen ini melambangkan kerukunan beragama yang berbentuk "Lingga" sebagai lambang Hindu Siwa dan Stupa sebagai lambang Budha. Disamping itu dalam komplekls istana ini terdapat 62 arca Budha, Siwa dan lain-lain yang tersebar di sudut-sudut halaman.
Istana ini terdiri dari beberapa ruangan-ruangan besar . Ruang Garuda adalah ruangan besar sebagai ruangan resmi untuk menerima tamu-tamu, terletak tepat di tengah-tengah gedung utama, ruangan setinggi tujuh meter dengan tiga rangkaian lampu kandelier bertingkat, empat buah cermin tua tergantung dan permadani merah yang terhampar di bagian tengah  mempertegas kesan resmi dari ruangan ini. Diruangan ini dulu Presiden Indonesia mengadakan pertemuan dan pembicaraan resmi dengan Kepala-kepala Negara atau Kepala Pemerintahan yang menjadi tamunya.
Ruangan Soedirman adalah ruangan yang banyak memainkan peranan dalam sejarah karena disinilah Jenderal Soedirman berpamitan ketika berangkat bergerilya dan sekembalinya dari bergerilya beliau melapor kepada Presiden dan Wakil Presiden. Di ruangan ini pula dipasang patung serta Jenderal Soedirman dan sekarang dipergunakan untuk ruang duduk para tamu-tamu terletak di sebelah kanan dari Ruang Garuda
Selanjutnya adalah ruang Diponegoro adalah ruangan yang dipergunakan untuk duduk para tamu pada acara-acara tertentu yang sifatnya umum. Terletak disebelah kiri Ruang Garuda, diruangan ini dipasang lukisan Pangeran Diponegoro untuk mengenang sejarah kepahlawanannya.Kemudian ruang Makan VVIP terlentak diantara Ruang Garuda dengan Ruang Kesenian. Suasana ruangan ini hangat dengan permadani warna merah dari Esfahan, di sekelilingnya dipasang lukisan-lukisan lama koleksi istana, serta tirai pintu yang menjuntai senada dengan warna permadani dihias bingkai kayu jati ukiran Jepara menambah suasana akrab dalam ruangan ini.
Ruang Kesenian digunakan untuk pergelaran kesenian bila ada Tamu Negara berkunjung ke Yogyakarta. Selain itu juga digunakan untuk memamerkan barang-barang kerajinan tradisional misalnya batik, kulit, keramik, perak dan hasil industri kerajinan lain. Wisma Negara dimulai pembangunan pada bulan Oktober 1980, merupakan bangunan baru di lingkungan Istana Kepresidenan Yogyakarta. Maksud dibangunnya gedung ini adalah untuk penginapan rombombongan Tamu Negara yang berkunjung dan bermalam di Istana Yogya.
Selanjutnya, Gedung Seni Sono terletak di sebelah selatan Gedung Agung, bangunan yang dulunya milik Departemen Penerangan RI ini diserahkan pengelolaanya kepada pihak Gedung Agung pada tanggal 25 September 1995. Oleh pengelola Gedung Agung direnovasi dan diremikan pemakainya pada tahun 1998. Gedung ini berfungsi sebagai tempat penyelenggraan acara-acara seremonial khusus serta dirancang sebagai gedung informasi dan penyimpanan barang-barang koleksi istana dari berbagai tamu negara yang berkunjung. (krjogja.com)

bagian Gedung Agung atau ISTANA PRESIDEN

Istana Presiden Yogyakarta. Foto: Budi.
Istana Presiden Yogyakarta. Foto: Budi.
Istana Kepresidenan Yogyakarta yang berlokasi di  ujung selatan Jalan Ahmad Yani yang dikenal dengan Jalan Malioboro dibuka untuk umum sudah sejak dulu, “Sebenarnya Istana Kepresidenan ini sudah dibuka untuk masyarakat umum sejak dulu, hanya saja ada prosedurnya yang harus dipatuhi”  Mugiyono selaku Kepala kerumah tanggaan Istana Kepresidenan Yogyakarta menjelaskan.
Untuk berkunjung ke gedung ini dapat dilakukan dengan berkelompok, dan belum bisa dilakukan secara individu. Istana Kepresidenan Yogyakarta yang juga sering disebut Gedung Agung ini dapat di kunjungi selama jam kerja. Sebelum berkunjung harus melakukan pemberitahuan terlebih dahulu ke Pihak Istana. “sebelum melakukan kunjungan, harus ada pemberitahuan telebih dahulu agar tidak betabrakan dengan agenda Istana” tegas Mugiyono.
Tentu saja ada peraturan lain yang harus pengunjung patuhi.
Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sering kita kenal dengan Gedung Agung merupakan saksi bisu  sejarah Kemerdekaan Indonesia.Tempat yang pernah menajadi pusat pemerintahan Indonesia pada tahun 1946 ini menyimpan nilai sejarah yang cukup tinggi. Sebagai rakyat Indonesia kita perlu tahu bagaimana perjuangan mempertahankan Indonesia, sebagai pemupuk cinta tanah air kita.

Kunjungan Pelajar ke ISTANA

Siswa-siwi SMP N 1 Pleret Bantul, antusias kunjungi Istana Presiden Yogyakarta. Foto: Budi.
Siswa-siwi SMP N 1 Pleret Bantul, antusias kunjungi Istana Presiden Yogyakarta. Foto: Budi.
" Wah.. bagus ya.. coba kalau punya rumah seperti ini, ". Kalimat polos itu meluncur spontan dari Aniq salah seorang pelajar putri kelas VII F  SMP N1 pleret   Bantul Yogyakarta, setelah melihat-lihat istana negara Gedung Agung Yogyakarta. Dia adalah salah satu dari ratusan rombongan yang Sabtu ( 7/11) mengunjungi Gedung Agung  dalam rangka kegiatan Buka Istana  Festival Malioboro 2009
Dengan malu-malu cewek hitam manis ini menceritakan tentang kesannya berkunjung ke Gedung Agung. Menurut pendapatnya Gedung Agung merupakan bagunan yang unik dan indah. Bahkan kalau ada kesempatan pihaknya jga pengin dapat menyaksikan Istana Negara yang ada di  Jakarta,
Salah satu keunikan yang dirasakan Aniq adalah banyaknya barang seni yang menjadi koleksi Istana Negara.  Bahkan dirinya yakin, barang-barang seni yang menjadi koleksi Istana Negara berharga mahal. Oleh karena itu, Aniq pun kemudian punya cita-cita jika suatu saat nanti bisa jadi seorang Presiden, maka dirinya dapat tinggal di Istana yang indah dan megah ini.
Sementara itu Pranowo Hadi selaku  Pembimbing mengungkapkan bahwa kegiatan buka Istana ini bersifat sangat edukatif. Oleh karena itu, ketika mendengar kabar bahwa Gedung Agung dibuka untuk umum para Guru kemudian mengajak murid-muridnya untuk mengunjungi Istana Presiden ini.  " Saya sangat mendukung kegiatan ini. Kita justru berharap kegiatan open house ini dapat lebih sering dilakukan, " ujar  Pranowo.
Dijelaskan oleh Pranowo, dalam kunjungan ini diikuti sekitar 300 orang siswa  yang terdiri dari siswa kelas VII dan VIII.  Para siswa ini didampingi oleh para guru dan wali kelas masing-masing. Meski pihaknya selama ini tinggal di Jogja, para guru dan siswa sama sekali belum pernah mengunjungi Gedung Agung. Oleh karena itu kesempatan ini dinilainya sangat berharga. " Seumur-umur saya belum pernah ke Gedung Agung ini. Karena itu, saya menyisihkan waktu ke tempat ini, " ujar Pranowo.
Ditambahkan oleh Pranowo,  usai berkunjung ke Istana rombongan akan melanjutkan ke stand yang lain seperti Bazaar Food dan Benteng Vredeburg. Pihaknya berharap dengan adanya open house dapat membangkitkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme para siswa. (*)

Open House dan syarat-syaratnya masuk istana

Istana Yogyakarta
Istana Yogyakarta
Di Yogyakarta, jika anda melewati jalan Malioboro dan jalan A.Yani pastilah anda akan melewati sebuah gedung putih megah di sisi kanan jalan. Gedung megah ini merupakan Istana Kepresidenan saat kota Yogyakarta menjadi Ibukota Republik Indonesia.
Istana Kepresidenan Yogyakarta, atau yang sering disebut dengan Gedung Agung ini mempunyai fungsi yang sama dengan istana Kepresidenan lainnya. Selain sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden, Istana Kepresidenan juga merupakan tempat untuk menerima dan menginapnya tamu-tamu negara.
Gedung Agung yang hanya dibuka untuk umum pada saat-saat tertentu ini juga merupakan sebuah museum. Dalam rangkaian acara Malioboro Festival ini, Open House Gedung Agung akan menjadi salah satu agenda acaranya. Menurut panitia event Malioboro Festival, Tyas Enka, Open House Gedung Agung ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah yang pernah terukir di dalam Istana Kepresidenan Yogyakarta. Selama rangkaian acara Malioboro Festival berlangsung, anda dapat berkunjung dan menikmati kemegahan Gedung Agung dari dekat.
Apabila anda ingin melihat langsung seperti apa isi di dalam Gedung Agung, harap dipastikan anda telah mendaftar dan mengisi formulir permohonan kunjungan Open House Istana Yogyakarta. Untuk mendapatkan formulir ini, anda dapat mendaftar langsung dilokasi (Gedung Agung), melalui panitia Malioboro Festival, atau download formulirnya langsung dari website ini. Selain mengisi formulir permohonan kunjungan Open House, terdapat beberapa ketentuan yang harus ditaati oleh setiap pengunjung, diantaranya adalah :
1.    Berpakaian sopan dan rapi
-    Untuk Pria    :  Kemeja, celana panjang lengkap dengan ikat pinggang, bersepatu,
(bukan pakaian santai atau celana jeans dan T-shirt).
-    Untuk Wanita    :  Gaun paling pendek sebatas bawah lutut, blus berlengan, setelan
celana panjang atau busana muslim, bersepatu.
2.    Harus sesuai dengan daftar nama yang diajukan, diluar daftar nama tersebut tidak diperkenankan masuk.
3.    Tidak diperkenankan :
-    Memakai celana pendek, kaos/T-Shirt, baju tanpa lengan, rok mini, jeans, sandal kecuali seragam.
-    Membawa senjata api, senjata tajam dan obat-obatan terlarang.
-    Membawa tas dan/atau pembungkus lainnya.
-    Membawa makanan dan minuman selama berkunjung di dalam Istana.
-    Makan di areal Istana
-    Memotret/berfoto di tempat yang bertanda “DILARANG MEMOTRET”.
-    Menyentuh/memegang benda-benda koleksi/lukisan.
-    Membawa binatang peliharaan.
Acara Open House Gedung Agung ini akan dimulai pada hari Jumat, 6 November 2009 mulai pukul 09.00-14.00 WIB.  Open House Gedung Agung ini hanya akan dilaksanakan selama 3 hari selama acara Malioboro Festival berlangsung.  Jadi, jangan sia-siakan kesempatan anda untuk dapat berkunjung ke Istana Kepresidenan Yogyakarta! (JoJo)

SUSAHNYA MENGURUS ISTANA
Mugiyono, Kepala Rumah Tangga Istana Yogyakarta
Mugiyono, Kepala Rumah Tangga Istana Yogyakarta
Sama sekali tak terpikir awalnya bagi Mugiyono dapat bertugas di Istana negara. Sebabm bagi Mugiyono muda, Istana adalah tempat kepala negara yang sangat sakral sehingga bekerja mengurus Istana adalah sesuatu yang istimewa. " Padahal Istana itu sesunggunya khan ya rumah biasa. Hanya saja yang tinggal di sini adalah kepala negara " ujar Mugoyono kepada wartawan situs ini.
Mugiyono menjelaskan sudah sekitar 10 tahun dirinya bertugas mengurus Istana Negara Gedung Agung di Yogyakarta dan selama itu banyak pula pengalaman yang dialami dalam melayani tamu yang berkunjung ke istana ini. " Namanya juga orang banyakm ya tentu saja sifatnya juga macam-macam. " ujar Mugiyono
Mugiyono sering mendengar bahwa mengurus gedung tua harus banyak berteman dengan penunggu gedung itu. Namun, selama bertugas di Gedung Agung dirinya mengaku belum pernah melihat 'penampakan' mahluk halus. " Banyak sih yang cerita, tetapi saya belum pernah melihatnya. Mungkin takut sama saya kali. " canda Mugiyono. (*)
Om FARHAN berkesempatan ke Istana

Farhan dan Mugiyono
Farhan dan Mugiyono
Istana Negara  Yogyakarta Sabtu (7/11)  tiba-tiba riuh. Pasalnya presenter ganteng Farhan tiba-tiba muncul di Istana Negara  Yogyakarta. Dia terbang dari Jakarta ke Yogya karena mendengar ada Open House Istana Presiden sebagai bagian dari kegiatan Festival Malioboro 2009Menurut Farhan , dia sering kali pergi ke Yogyakarta dan selalu ada yang berkesan selama di Yogyakarta. Karena itu ketika ada kesempatan berkunjung ke Istana Presiden maka kesempatan itu tak disia-sakan. " Kita pengin tahu juga dong kediaman presiden, " ujar pengasuh Om Farhan ini.
Selama berkeliling Istana, Farhan secara khusus dipandu oleh Wakil Kepala Rumah Tangga Istana Negara Yogyakarta Mugiyono dan selama mendapat penjelasan tentang sisi sejarah bangunan ini Farhan memperhatikan dengan seksama. Bahkan Farhan terlihat sangat kagum dengan bermavam koleksi seni yang ada di Istana yang dibangun setahun sebelum Perang Diponegorotersebut.  Farhan bahkan sempat terheran ketika melihat lukisan Ibu Kartini  yang terpampang bersama foto-foto Presiden dan mantan Presiden yang dipajang di Ruang Garuda -- sebuah ruang tempat Presiden menerima tamu kehormatan.
Farhan mengatakan kesempatan Buka Istana seperti ini hendaknya dilakukan secara rutin, karena banyak anak-anak muda yang belum tahu tentang sisi sejarah dari kediaman Presiden tersebut. Tetapi ketika ditanya apakah dirinya pengin merenovasi rumahnya seperti Gedung Agung, Farhan menolak. Alasannya ? " Ini luas banget, gila. Repot khan nyapunya " ujar Farhan  (*)

source : http://www.festivalmalioboro.com/